Seminggu yang lalu, saya mengikuti acara DV SOS 2015. Acara yang bertemakan "Bring the Light for the Blind" dan "Let's donate vision !" ini mengajak masyarakat, terutama para mahasiswa untuk bersama-sama melakukan kegiatan pengetikan ulang buku untuk saudara-saudara kita yang tunanetra. Orang-orang tunanetra tidak bisa melihat. Untuk membaca buku, mereka harus membaca buku yang sudah di convert ke huruf Braille. Namun, untuk mengconvert sebuah buku menjadi huruf Braille, buku tersebut harus diketik ulang, baru kemudian menggunakan aplikasi agar bisa diconvert.
Awalnya, saya mengira acara ini hanya untuk mahasiswa penganut agama Buddha saja, melihat yang mensosialisasikan acara ini merupakan panitia KMBD, dan juga melihat lokasi acara di Tzu Chi PIK. Saya sendiri menganut agama Kristen. Namun karena saya selalu tertarik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kemanusiaan, saya mencari tahu informasi mengenai acara ini. Setelah mengetahui bahwa semua orang bisa ikut, sayapun langsung mendaftar sebagai volunteer pengetikan ulang buku.
Sesampainya di Tzu Chi, saya lumayan terkejut melihat jumlah volunteer yang mengikuti acara ini. Ada sekitar 900 orang volunteer yang memenuhi ruangan aula Tzu Chi PIK. Saya mengira mahasiswa pada umumnya tidak peduli dengan kegiatan kemanusiaan. Tetapi setelah melihat jumlah volunteer yang begitu banyak, dan mayoritas mahasiswa, saya jadi tahu bahwa masih banyak kaum muda Indonesia yang peduli terhadap kegiatan-kegiatan kemanusiaan.
Banyak sekali volunteer yang mengikuti acara ini |
Acara diawali dengan kata sambutan dari banyak pihak, lalu dilanjutkan dengan penampilan tarian dan nyanyian, dan yang membuat saya semakin terkejut, para teman-teman tunanetra juga ikut tampil dalam acara tersebut. Meskipun mereka tunanetra, mereka tidak menutup diri untuk mengembangkan potensi yang lain. Mereka bisa bermail keyboard, biola, bahkan bernyanyi. Kemampuan mereka tidak kalah dengan orang-orang normal.
Dari acara ini, saya belajar, bahwa meskipun hal yang kita lakukan sangatlah simple, hanya mengetik ulang buku, namun hasil dari apa yang kita lakukan dapat menjadi sangat berarti bagi orang lain. Dengan hal simple tersebut, teman-teman tunanetra bisa memiliki lebih banyak macam buku lagi untuk dibaca di perpustakaan mereka, dapat lebih membuka wawasan akan dunia luar, dan dapat "melihat" melalui buku-buku tersebut.
Buku-buku yang saya ketik |
Saya merasa senang, ketika saya mengetahui, ternyata masih banyak orang yang peduli pada teman-teman tunanetra. Masih ada komunitas-komunitas yang memperhatikan teman-teman kita tersebut, yang akhirnya mewujudkan acara pengetikan ulang buku ini. Saya sendiri sebelumnya belum pernah mengikuti acara kemanusiaan yang berhubungan dengan para tunanetra. Acara ini membuka pikiran kita semua, baik volunteer, dan para tunanetra, bahwa kami masih peduli, dan mereka masih ada yang mempedulikan. Kami tidak menganggap rendah para tunanetra karena kita berbeda, tapi kami justru membantu teman-teman tunanetra dengan mengetik ulang buku agar kalian bisa membaca lebih banyak lagi. Jangan membatasi diri kalian sendiri, jangan pernah berpikir bahwa potensi kalian dapat dibatasi oleh kekurangan penglihatan. Teruslah kembangkan potensi kalian dengan membaca buku-buku yang kami ketik ulang :)
Untuk para aktivis sosial, saya berterimakasih kepada kalian, karena berkat kalian, saya menjadi tahu mengenai proses mengconvert buku biasa ke Braille. Memang sebenarnya prosesnya tidaklah rumit, dan dapat dilakukan sendiri. Namun yang penting bukanlah prosesnya, tetapi niatnya, kesediaan dari masyarakat untuk ikut berperan dalam kegiatan kemanusiaan seperti pengetikan ulang buku ini. Terima kasih, karena kalian telah menjadi jembatan antara saya serta teman-teman volunteer yang lain dan teman-teman tunanetra untuk bisa saling menginspirasi dan saling membantu.